Hasil Pengumpulan dan Pengungkapan Fakta Lapangan

Sampai saat ini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara masih menjadi penyumbang utama sumber listrik di Indonesia. Pada 2021, PLTU menyumbang 66% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia. Selain menyumbang utama sumber energi, PLTU juga menuai kritik, karena menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca dari sektor energi. Selain ditengarai menyebabkan kenaikan suhu global, bahan baku utama PLTU yang menggunakan energi fosil tidak dapat diperbarui. Pemerintah Indonesia berupaya menjalankan komitmen perjanjian paris atau Paris Agreement. Komitmen negara-negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia itu bertujuan menekan kenaikan suhu global dari 2°C menjadi 1,5°C. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah kita adalah transisi energi dengan mengalihkan penggunaan energi fosil menjadi biomassa.

Pemerintah juga mendorong penggunaan bahan baku pembangkit yang ramah lingkungan, dengan mencampurkan biomassa kayu sebagai pengganti batu bara. Cara ini disebut sebagai co-firing. Langkah pemerintah ini diklaim mampu mengurangi penggunaan energi fosil batu bara. Pada tahun 2025 ini, pemerintah menargetkan bauran energi terbarukan mencapai 25%, dan 31% pada 2050. Dalam dokumen RUPTL PLN 2021-2030, pemerintah merencanakan penggunaan campuran biomassa kayu untuk bahan bakar PLTU batu bara di Indonesia, hingga 10%.

Untuk mendukung pengembangan energi baru terbarukan (EBT) itu Perusahaan Listrik Negara (PLN) merencanakan sebanyak 52 PLTU batu bara yang akan menggunakan co- firing, dan cara ini diklaim lebih ramah lingkungan. Kebutuhan biomassa kayu dalam bentuk wood pellet diperkirakan mencapai 8-14 juta ton per tahun. Pemenuhan bahan baku biomassa ini akan dipenuhi dengan pembangunan hutan tanaman energi (HTE). Hingga pada tahun 2025 pemerintah menargetkan pemanfaatan EBT sebesar 23%. Kebijakan energi terbarukan ini tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional (PP No 79/2014) dan Rencana Umum Energi Nasional (Perpres No 22/ 2017).

Atas kebijakan ini ada kekhawatiran yang meningkat atas penggunaan biomassa skala besar dan bentuk-bentuk bio-energi lainnya. Biomassa skala besar justru berisiko dan mendorong penggunaan lahan besar-besaran pula.

Baca hasil laporannya secara lengkap:

Unduh di sini

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *